Thursday, May 3, 2012

The Raid, Mendobrak Filosofi Silat



OPINI | 24 March 2012 | 22:44 Dibaca: 484   Komentar: 15   Nihil Heboh dan hangat ulasan-ulasan pemberitaan Film The Raid di beberapa media, baik cetak, elektronik maupun online. Dan juga beberapa ulasan dari kompasianer yang berkesempatan menyaksikan pemutaran perdana karya anak bangsa yang berhasil menembus pasar Internasional. Membaca dari ulasan-ulasan itu, sangat jelas tergambar bahwa film ini sangatlah seru, sangat disayangkan untuk melewatkan setiap adegan demi adegan yang disajikan.
Ada rasa kebanggan dengan kenyataan yang ada, ternyata Film kita juga tidak kalah dengan film-film laga yang sudah lebih dulu menghiasi dunia perfilman dunia. Ada rasa bangga juga terhadap seni bela diri asli Indonesia yang diangkat dalam film ini, Pencak Silat. Tetapi dibalik kebanggaan itu, ada sebuah pertanyaan yang sedikit mengganjal, tergerak untuk sedikit beropini melihat film ini dengan Pencak silatnya dari sisi yang lain.
Sesuai pemberitaan, The Raid merupakan sekuel dari film yang sudah rilis sebelumnya, Merantau. Film merantau yang juga mengangkat Silat sebagai tema cerita, menggambarkan kebiasaan Bujang Minangkabau untuk pergi merantau dimasa muda. Berangkat dari kenyataan itu, bisa dikatakan The Raid juga mengangkat Silat khas Minang sebagai tema laga. Dalam beberapa ulasan, digambarkan Film The Raid ini sarat adegan mengangkan, saling bunuh dan terkesan sangat “Brutal”
Dari sini lah teringat akan Filosofi Silat Minang yang selalu diajarkan para orang-orang tua. Dalam deskripsi meraka para tetua. Silat itu tidak brutal. Silat lebih pada Seni Artistik dan pertahanan (self defense). Sifat Silat tidak dipakai untuk menyerang tapi hanya membela diri. Silat bukan untuk membunuh tapi hanya melumpuhkan.
Dengan kenyataan diatas. Seolah Film The Raid ini mendobrak Filosofi Silat yang diwariskan nenek moyang dulu. Sungguh sangat disayangkan, saat sebuah kebanggan akan Film Nasional berhasil menembus pasar Internasional, sedang disisi lain ada sebuah deskripsi Silat yang berbeda yang tergambar dalam Film.
Kita mungkin senang dengan adanya Film ini, dunia Internasional akan lebih mengenal seni bela diri Silat dan mungkin juga mereka akan mempelajari.
Hanya ada sebuah kekhawatiran. Apakah diantara kita ada yang mau, Dunia mengenal Silat sebagai sebuah bela diri yang Brutal. Apakah diantara kita ada yang mau, saat anak-anak kita, saat generasi penerus kita berkeinginan belajar Silat karena Silat itu juga bisa dipakai untuk menyerang, bisa dipakai untuk jago-jagoan.
Sungguh sangat disayangkan. Harapan semoga kedepannya yang ingin mengangkat Silat dalam sebuah tema cerita, sebaiknya juga mempelajari Filosofi Silat itu sendiri, jangan memberikan deskripsi Silat yang berbeda pada dunia.

1 comment:



  1. Mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Sri Utamii biasa di panggil Mba Sri, TKI tinggal di kota Pontian johor Malaysia,Saya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya, tetap ikhtiar.
    pengen pulang ke indonesia tapi gak ada ongkos pulang. sempat saya putus asa,gaji pun selalu di kirim ke indonesia untuk biaya anak sekolah,sedangkan hutang banyak, kebetulan teman saya buka-buka internet mendapatkan nomor hp Mbah Suro 082354640471 katanya bisa bantu orang melunasi hutang melalui jalan togel dengan keadaan susah jadi saya coba beranikan diri hubungi dan berkenalan dengan beliau Mbah Suro, Dan saya menceritakan keadaan saya.Beliau menyarankan untuk mengatasi masalah perekonomian saya,baiknya melalui jalan togel saja.Dan angka yang di berikan beneran tembus ,4607 dan saya dapat 275 juta alhamdulillah terima kasih banyak ya allah atas semua rerjekimu ini. walaupun ini melalui togel


    ReplyDelete